Migi Blog: True Story Inspiratif, Anak Ini Juarai Lomba Lari Meski Matanya Tak Bisa Melihat

March 25, 2016

True Story Inspiratif, Anak Ini Juarai Lomba Lari Meski Matanya Tak Bisa Melihat

Inspiratif, Anak Ini Juarai Lomba Lari Meski Matanya Tak Bisa Melihat
Maine, Kekurangan bukanlah menjadi sebuah halangan untuk seseorang menggapai mimpi. Adalah Noah Carver, seorang anak yang fisiknya tidak sempurna, berhasil menyelesaikan lomba lari yang diadakan sekolahnya. Walaupun ia tidak dapat melihat, Noah berhasil menyelesaikan lomba itu dengan didampingi sang ayah tercinta yang selalu berada di sisinya.
Ketika pertama kali
Noah bertanya kepada kedua orang tuanya apakah ia boleh berpartisipasi dalam lomba lari di sekolahnya, orang tuanya menjawab 'iya' tanpa ragu. Bagi Suzanne dan Richard 'Buzz' Carver, kedua orang tua Noah, kekurangan Noah tidak akan menjadi penghalang mereka untuk memberikannya izin.
Noah yang berumur 12 tahun, seorang siswa kelas enam di Beals Elementary School di Beals, Maine, berhasil menyelesaikan delapan lomba lari lintas negara. Ia menyelesaikan setiap perlombaan bersama dengan ayahnya yang memegang tangannya dan membimbingnya secara lisan.
Dilansir Fox News, Jumat (30/10/15), Noah mengidap Leber's Congenital Amaurosis, yaitu sebuah kondisi bawaan yang menyebabkan ia kehilangan penglihatan saat lahir. Tapi ketika ia mulai masuk sekolah, ia memutuskan ingin menjadi seperti anak-anak lain dan berpartisipasi dalam kegiatan olahraga. Noah memilih lari karena semenjak ia kecil orang tuanya sudah mengajaknya untuk menekuni lari, bahkan sedari ia masih balita, Noah sudah berpartisipasi dalam lomba lari pertamanya di Boston.
Meskipun Noah perlu untuk latihan sedikit lebih hati-hati dibandingkan anak seusianya, Suzanne menganggap anaknya mendapatkan kesempatan untuk bergerak lebih cepat dan merasakan kebebasan.

Noah mengaku kalau musim ini adalah musim terbaiknya, bukan hanya karena ia berhasil menyelesaikan lomba 1,5 mil dalam waktu 12 menit 53 detik saja, tetapi ia belajar untuk dapat merasakan tubuhnya saat berlari tanpa melihatnya.
"Karena aku tidak pernah melihat seseorang berjalan, aku jadi dapat belajar mekanika gerakan secara menantang. Aku dapat fokus menggerakkan kakiku tanpa melihatnya," jelas Noah.
Richard mengaku untuk mengajari Noah cara menggerakan lengan dan melakukannya tanpa melihat adalah waktu-waktu tersulit. Mengesampingkan perbedaan tinggi badan dan gaya mereka berpegangan tangan seringkali menjadi tantangan tersendiri. Terkadang mereka akan kehilangan keseimbangan dalam berlari saat Noah masih kecil.
Sekarang Noah sudah hampir setinggi Richard, hal ini memudahkan mereka untuk dapat melangkah dan menggerakan tangan mereka secara serempak. Selama lomba lari, Richard melakukan yang terbaik yang ia bisa untuk membiarkan Noah mengontrol kecepatan sembari membantu mengarahkannya. Komunikasi secara konstan tidak mencegah terjadinya hal-hal yang  tidak mengenakan seperti terjatuh dan terpeleset. Pada kejuaraan tahun lalu, Noah terjatuh.
"Ia mengangkat tubuhnya, berusaha untuk berdiri kembali dan ia terus berlari. Ini adalah metafora bagi kehidupannya, dia belajar keterampilan dan dia belajar satu pelajaran besar bagi hidupnya sebagai pelari. Apapun yang terjadi, tetaplah berlari," ungkap Suzanne.
Duo Noah dan Richard sudah menjadi buah bibir dalam perlombaan pemuda lintas negara di Beals, dan pesaing Noah dengan besar hati memberikan dukungan mereka untuk usaha Noah. Bagi Richard, ia sangat senang bisa berlari bersama putra kesayangannya.
"Aku tidak tahu berapa lama lagi hal ini akan berlangsung karena ia sudah semakin dewasa," kata Richard. "Sampai saat itu datang, aku akan terus berusaha menyeimbangkan diriku dengan Noah," candanya.

No comments: