Keputusan yang buruk
Awalnya, usahanya berkembang secara cepat karena tidak banyak perusahaan percetakan T-shirt di Ho Chi Minh yang menjadi saingan. Selain itu, terdapat permintaan yang tinggi dari pasar untuk kaos-kaos custom-designed. Melihat profit serta permintaan yang tinggi dalam industri ini, Loc bersama temannya menginvestasikan hampir semua modal mereka untuk membeli sebuah mesin cetak. Mesin cetak ini diharapkan dapat membantu mereka mengatasi tingginya permintaan pasar. Sayangnya, investasi itu pada akhirnya terbukti menjadi keputusan yang fatal bagi Aothun. Penyebabnya adalah kualitas cetak mesin baru yang sangat buruk, yang otomatis berdampak pada penjualan. Lambat laun, pelanggan mulai berkurang, sehingga pemasukan juga kering. Pada akhir tahun pertamanya, Aothun bergumul dalam hutang karena harus menggaji 10 karyawan, serta membayar para pemasoknya.Ini adalah titik terendah Loc dalam kehidupannya entrepreneur. Ketika penjualan berada dalam kondisi yang sangat buruk, temannya memutuskan untuk mundur. Loc masih berhutang pada teman-teman dan keluarganya, dan tidak ada seorang pun yang menawarkan bantuan. Ia berjuang sendiri. Loc bercerita bahwa masa-masa itu terasa sangat berat. Ia ingat betapa seringnya ia menangis diam-diam pada malam hari. Hanya determinasi diri serta semangat yang membuatnya tetap berjuang.
Berhubung permintaan pasar lokal masih kuat, Loc berusaha untuk membangun kembali usahanya. Pada akhir bulan kedua, salah satu teman baik Loc memutuskan untuk bergabung dengan perusahaan yang sedang sekarat ini. Ia memberi kontribusi sebesar Rp 28,4 juta dan bekerja bersama Loc untuk membangun kembali dan memperbaiki usahanya. Pada akhir tahun kedua, mereka berhasil mendapatkan kembali semua pelanggan yang awalnya sempat meninggalkan Aothun, serta membangun sebuah perusahaan yang stabil dan menghasilkan profit. Situasi mulai terasa optimis dan menjanjikan.
“Mencetak” uang
Pada tahun ketiganya, Aothun menarik perhatian seorang investor yang mengetahui usahanya ini. Investor ini memberi bantuan dana serta tenaga profesional, dan membawa Aothun ke tingkatan yang lebih tinggi. Dibanding mencetak T-shirt secara manual yang memakan banyak waktu, Aothun kini memiliki mesin seharga Rp 568,2 juta yang dapat melakukan pencetakan berkualitas tinggi dengan kemampuan cetak 700 kaos per jam. Sekarang, selain mengimpor T-shirt dari pemasok, Aothun juga mengimpor benang sebagai bahan mentah dan memproduksi kaosnya sendiri. Hal ini memberi Aothun kendali yang jauh lebih kuat di tengah persaingan industri percetakan T-shirt.Kini, Aothun adalah perusahaan pembuat dan pencetak t-shirt terbesar di Vietnam. Aothun memiliki dua pabrik dan sebuah kantor penjualan di pusat kota Ho Chi Minh. Dengan proses produksi dan pencetakan yang sudah stabil, Loc kini membantu entrepreneur Vietnam lainnya dalam merintis usaha.
Terlepas dari kenyataan bahwa Vietnam menduduki posisi 10 teratas pengekspor garmen di dunia, kami hanya memiliki sekitar 20 T-shirt bermerek lokal. Saya ingin meningkatkan statistik ini dengan mengurangi hambatan masuk (barrier to entry) industri dan menginspirasi lebih banyak desainer lokal serta entrepreneur dunia fashion untuk membuat merek pakaiannya sendiri.Loc memberi penawaran pada desainer dan entrepreneur fashion lainnya untuk menggunakan jalur produksi dan percetakan t-shirt Aothun dengan biaya yang rendah. Di pabrik Aothun sendiri, Loc memiliki kantor dengan 100 buah meja untuk memfasilitasi para entrepreneur yang ingin bekerja dan tinggal di pabrik Aothun dengan gratis. Untuk entrepreneur yang kurang mampu dan sedang bergumul merintis usaha, Loc menawarkan bantuan biaya, hingga makanan gratis.
Gagasan ini tentunya akan membantu banyak entrepreneur lain di Vietnam. Salut kepada Loc dan Aothun yang telah menjadi inspirasi dan contoh yang baik. Kita membutuhkan lebih banyak orang seperti Loc di Asia.
Kantor penjualan Aothun di pusat kota Ho Chi Minh.
No comments:
Post a Comment